Sabtu, 01 November 2008

Dimanakah Kejujuran Itu?

Dimanakah Kejujuran Itu?
By. Yunias



 Dalam setiap kesempatan yang TUHAN berikan bagiku, aku selalu mencoba melihat apa yang TUHAN ingin ajarkan padaku supaya imanku semakin bertumbuh. Kadang aku merasa dari banyak peristiwa yang TUHAN ijinkan terjadi, aku sedang diajar untuk melakukan sesuatu selayaknya seorang pengikut Kristus. Dalam beberapa bulan ini, secara beruntun, aku mengalami tiga peristiwa yang menurutku memiliki makna yang sama—darinya aku percaya bahwa TUHAN ingin mengajarkan sesuatu yang sangat penting, yaitu tentang KEJUJURAN..
 Peristiwa pertama adalah saat anakku sedang menderita sakit. Sore itu aku dan suamiku membawa Andrew ke seorang dokter anak untuk berobat. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan dan menuliskan resep yang harus kami tebus di apotik, dokter memberitahukan kepada kami total biaya pengobatan yang harus kami bayar. Saat aku menyerahkan sejumlah uang yang disebutkan oleh sang dokter, akupun tidak lupa minta dibuatkan tanda bukti pembayaran guna memberi laporan kepada gereja tempat kami melayani. Betapa terkejutnya aku saat dokter bertanya: “Mau ditulis berapa, Bu?”. “Sungguh sebuah pertanyaan yang membingungkan”, begitu pikiran awalku. Aku mencoba mencerna maksud dari kalimat itu, dan akhirnya TUHAN menolong aku untuk mengerti. Lalu aku menjawab pertanyaan itu dengan meminta dokter untuk menulis sesuai dengan uang yang telah kami bayarkan, dia setuju!
 Peristiwa berikutnya, lebih lucu lagi menurutku. Ketika kami membeli kotak tinta stempel di sebuah tempat foto copy, seperti biasanya aku juga minta dbuatkan tanda terima oleh penjaga toko sesuai harga barang yang dibeli. Tetapi yang aku terima dari penjaga toko tersebut ternyata sebuah bukti tanda terima yang masih kosong. Saat aku sedang kebingungan memikirkan apa maksud dari bukti tanda terima yang masih kosong itu,penjaga toko bertanya: “Bu, mau diisikan sekarang, atau saya beri stempel toko saja?” Aku tersenyum sambil menjawab: “Ditulis saja Kak, sesuai harga barangnya dan juga diberi stempel toko”. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, aku mencoba membandingkan persamaan dan perbedaan dari persitiwa ini dengan peristiwa yang kualami di tempat praktek dokter anak. Sangat mirip sekali!
 Peristiwa terakhir justru terkesan lebih vulgar. Ini terjadi di toko computer tempat kami membeli tinta printer untuk kebutuhan gereja. Karena sebuah alasan yang tidak jelas, malam itu pemilik toko tidak mau menuliskan bukti tanda terima untuk kami. Dia meminta kembali ke toko besok paginya untuk mengambil bukti tanda terima tsb. Singkat cerita, malam berikutnya saya dan suami kembali ke toko computer untuk menagih janji sang pemilik toko. Suamiku menunggu di luar took, sedangkan aku sendiri menghampiri pemilik toko yang sedang ngobrol dengan salah seorang pegawainya. Saat ia melihatku, ia bertanya: “Semalam jenis barang yang dibeli apa ya, Bu?”. Aku mengingatkan bahwa kami membeli sebotol tinta dengan harga delapan belas ribu rupiah. Sambil menulis bukti tanda terima, ia bertanya lagi: “Tetap ditulis delapan belas ribu, tidak mau dilebihkan?”. Deg…jantungku terasa hampir berhenti karena sangat terkejut! Aku benar-benar merasa diingatkan pada dua peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Akhirnya dengan tegas aku menjawab: “Tulis saja apa adanya, kita kan harus hidup jujur!”
 Dalam perenunganku dengan suami, maupun pribadi, aku menemukan bahwa TUHAN sedang mengajari aku melihat bahwa dunia sudah kehilangan nilai dan makna sebuah kejujuran. Banyak orang sudah menganggap bahwa kejujuran sudah tidak penting lagi dalam hidup, sudah tidak up to date- lagi! Jika gereja dan orang-orang yang percaya Kristus juga memiliki konsep berpikir demikian, dimanakah kejujuran itu? Sudah tidak adakah dalam hati orang-orang yang telah ditebus oleh sebuah harga yang mahal, yaitu darah Yesus Kristus? Mungkinkah kita mampu menjadi saksi Kristus, jika tidak ada lagi kejujuran dalam hati kita? 
 Kejujuran adalah salah satu ciri yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus karena Yesus sendiri pernah berkata: “Jika ya, katakan ya. Jika tidak, katakan tidak! Selebihnya adalah dari si jahat”. Walau bagi dunia, kejujuran sudah tidak bernilai namun dunia tetap membutuhkan kejujuran! Kiranya, kita termasuk salah satu dari orang-orang jujur itu sehingga masih ada harapan bagi kita untuk memancarkan terang Kristus melalui kejujuran yang ada dalam hati kita. 


  T.B., 28 Okt’08

Sebuah Harapan

SEBUAH HARAPAN
By. Yunias



Saat ku buka mataku setiap pagi, aku merasakan…
  Engkau memelukku dengan kasih yang kekal
Berikan damai sejahtera dalam hatiku
Ubahkan tangisku menjadi sebuah kegirangan besar
Akupun menyadari betapa Engkau sangat berarti bagiku
Hampa hidupku tanpa-Mu, Yesusku

Hempasan gelombang kehidupan habiskan kekuatanku
Aku tak berdaya dan hampir terjatuh
Remuk redam seluruh jiwaku, namun…
Aku tahu Kau tak pernah tinggalkanku
Pengharapanku hanya ada pada-Mu
Aku menyadari hidup bersama Yesus ada sebuah harapan
Nyata bagiku bahwa Engkau-lah sumber harapan jiwaku



  T. B, 28 Okt’08